Kamis, 28 November 2019

Etika Profesi- Materi I Konsep Dasar Manusia dan Alam Semesta

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
Alam semesta atau jagat raya ini dapat diartikan sebagai suatu ruangan ataulingkup atau cakupan yang maha besar di mana di dalamnya terjadi segala sesuatu peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat diungkapoleh manusia. Alam semesta terbentuk kira-kira ribuan juta tahun yang lalu yang bersamaan dengan adanya ledakan besar. Namun bukan hanya teori ledakan besar saja yang menjadi satu-satunya teoriterbentuknya alam semesta ada teori-teori lain yang memiliki bukti yang kuat tentangterbentuknya alam semesta seperti : teori dentuman, teori creatio continua, teoriekspansi dan teori-teori lainnya. Bukan hanya ada teori tapi adanya alam semesta ini juga melelui tahap-tahap. Peristiwa penciptaan alam semesta terjadi selama enammasa dalam prespektif Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Allah, dan disepakati olehilmuwan ahli ilmu alam dalam enam tahap. Namun terlepas dari itu semua kami tetap menyadari kalau adanya alamsemesta ini karena kehendak Nya, karena Beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka bumi ini atas ciptaannya.Oleh sebab itu kita tidak boleh heran bahwa sejak zaman purbakalah hinggasekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan model terbentuknya bumi sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan kecendekiaannya.Perkembangan citra manusia mengenai alam raya seringkali terikat sangat erat pada pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya melalui otoritas. Hal inimenyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang peciptaan jagad raya dan pemikiran apa yang melandasinya? konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan bergantung padatingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka kemukakan bahwa jagadraya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, konsepsi ini berasal dari Newton.Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa alam ini tidak berubah keadaannya sejakwaktu tak terhingga lamanya sampai masa yang akan datang. Dan tentunya jukamasih akan terus berkembang teori yang akan lebih relevan atau diterima olehmasyarakat dunia di abad millenium ini.Dalam ringkasan ini penulis akan mencoba membahas tentang perkembangan pemikiran tentang pembentukan alam raya ditinjau dari pandanganilmu pengetahuan ( Science ) juga pandangan Islam yaitu menurut Alquran.
1.Apa hakikat manusia dalam filsafat pendidikan islam?
2.Apa hakikat alam semesta dalam filsafat pendidikan islam ?
3.Apa hubungan dari keduanya ?
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Jiwa Perkembangan dan untuk menambah wawasan kita mengenai masa akhir kanak-kanak yang membawa banyak perubahan terhadap sikap anak.
Dalam pembuatan makalah ini , kami menggunakan proses pencarian materi terhadap buku-buku yang relevan dan juga  mengadakan searching di website untuk mencari bahan terhadap pembahasan akhir masa kanak-kanak.
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
“Al-Qur’an ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya.”
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana Rasulullah Saw yang kepadanya diturunkan Al-Qur’an adalah rahmat bagi semesta alam. Allah Swt berfirman: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107)
Al-Qur’an ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya. Misalnya tentang penciptaan manusia, kejiwaan manusia, tujuan hidup manusia, dan lain sebagainya.
Sebagai keutamaan dari kitab suci Al-Qur’an, kebenaran dari setiap kata dan kalimat yang terdapat di dalamnya, dapat dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan telah banyak menemukan bukti-bukti ilmiah ini, sehingga dugaan orang-orang yang menuduh Al-Qur’an dengan tidak benar dapat dibantah.
Yang akan kami bicarakan berikut ini menyangkut salah satu aspek yang berkaitan dengan manusia, yaitu masalah penciptaan manusia.
Al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shaad: 71-72)
Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani…” (QS Faathir: 11)
Kemudian, dalam ayat Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa Allah Swt menegaskan penciptaan manusia ini dengan menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya didahului dengan ‘lam’ yang memiliki fungsi penegasan (lâm ta’kîd). Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya.” (QS Qaaf: 16)
Demikianlah, Al-Qur’an menegaskan kekhususan penciptaan manusia. Namun orang-orang sesat yang tidak mau mengakui kebenaran Al-Qur’an menuduh Al-Qur’an bohong, karena menurut mereka, manusia tercipta sebagai hasil dari evolusi makhluk lainnya. Makhluk yang mendahului wujud asli manusia ini, mereka sebut sebagai ‘bapak’ bagi setiap binatang menyusui.
Akan tetapi kebohongan mereka, akhirnya terbongkar juga. Pada 1986, ketika para ahli arkeologi menemukan sebuah fosil kera di Afrika, mereka menyimpulkan secara tegas tanpa ada keraguan, bahwa antara kera dan manusia tidak ada hubungan sama sekali dalam asal penciptaannya. Lihatlah bagaimana kebenaran senantiasa unggul di atas kebatilan?
Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani.” (QS Faathir: 11)
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu pada kali yang lainnya.” (QS Thaaha: 55)
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS Al-Mursalat: 20)
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (QS Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, dalam firman-Nya “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”, Allah Swt menegaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah air. Ayat ini sesuai dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kira-kira 75 persen dari berat manusia adalah air.
Karenanya air sebagai asal segala sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur terpenting bagi setiap proses kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi untuk melunakkah bahan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk dicerna.
Mengamati pembahasan Al-Qur’an tentang penciptaan manusia, kita mendapatkan sebagian orang yang senantiasa meragukan kebenaran Al-Qur’an, menentang apa yang telah disampaikan Al-Qur’an tentang penciptaan manusia ini. Yaitu ketika mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak konsisten dalam menyebutkan asal penciptaan manusia. Menurut mereka, dalam salah satu ayat dikatakan: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu”. Sedangkan dalam ayat lain disebutkan: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”.
Dan dalam ayat lain dinyatakan: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Dan dalam ayat lain: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani”. Bagaimana penafsiran atas beberapa ayat yang saling bertentangan ini?
Demikianlah mereka meragukan kebenaran Al-Qur’an. Sebelum kami mematahkan argumen mereka, perlu kami ingatkan hal penting berikut ini: Siapa pun yang ingin mendapatkan hakikat kebenaran yang menyangkut suatu hal tertentu, maka pertama kali ia harus melepaskan diri dari penilaian subyektifnya. Karena bagaimana ia akan berdialog secara jujur dan obyektif dengan orang lain tentang sesuatu hal yang ia sukai? Jika ia tidak mau melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung membenarkan apa yang disukainya. Kemudian bagaimana ia akan berdialog secara jujur dan obyektif tentang suatu hal yang ia benci? Jika ia tidak mau melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung untuk menyalahkan apa yang dibencinya.
Dan pada realitanya, memerhatikan orang-orang yang memusuhi Islam dan menentang isi Al-Qur’an, kita hanya mendapatkan sedikit dari mereka yang mau melepaskan subyektifitas mereka. Sebaliknya, kita menemukan hati mereka telah dikuasai oleh kedengkian dan kebencian kepada Islam.
Kedengkian yang menutupi mata hati mereka, sehingga mereka tidak akan dapat menemukan kebenaran sejati yang mereka idam-idamkan. Namun meski demikian, kami telah siap untuk mendiskusikan hal ini dengan mereka secara ilmiah dan obyektif.
Memerhatikan Al-Qur’an melalui ayat-ayatnya yang membicarakan tentang penciptaan manusia, kita akan mendapatkan bahwa ia senantiasa menggunakan kata ‘min’ yang memiliki arti ‘dari sebagian’ (juz-iyyah). Ketika Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”, maka kalimat ‘dari air’ berarti sebagian unsur-unsur yang membentuk manusia, diambil dari air. Mengenai berapa persen kadar air dalam penciptaan manusia, maka hakikatnya, hanya Allah Swt yang mengetahuinya. Karena ‘penciptaan’ (al-khalqu) merupakan sifat yang hanya dimiliki oleh Allah Swt.
Untuk mempermudah penjelasannya, kami berikan contoh berikut: misalkan seseorang memliki bahan mentah A, lalu ia mengolahnya menjadi bahan B, kemudian diubah sehingga menjadi bahan C dan terakhir menjadi benda D. Tentang penciptaan benda D yang telah mencapai bentuk jadinya, setelah mengalami beberapa proses perubahan, kita bisa saja mengatakan bahwa D berasal dari bahan A, atau bahan B atau dari bahan C.
Bagi Allah-lah sifat yang Maha Tinggi. Dia berfirman: “Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy-Syuura: 11)
Sebagaimana kalau kita perhatikan ayat lainnya, yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah (thîn)—”Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”—kita mendapatkan hal yang sama, yaitu penggunaan huruf ‘min’ yang menunjukkan arti kata ‘sebagian’.
Dan seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, jenis tanah ini atau thîn adalah merupakan perpaduan antara air dan debu (turâb). Mengenai cara pencampurannya dan hakikatnya, serta kadar masing-masing unsur pembentuk manusia, maka hal itu tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah Swt.
Sebagian dari musuh Islam, ada juga yang membuat bantahan atas firman Allah Swt: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani”. Mereka berkata, “Dari apa sebenarnya manusia diciptakan? Apakah dari tanah (debu)? Atau dari air mani? Jika benar manusia diciptakan dari tanah sekaligus dari air mani, bagaimana hal itu bisa terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami katakan, sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa manusia tercipta dari gabungan beberapa unsur zat yang berjumlah 16, jumlah yang sama yang menjadi unsur zat yang membentuk tanah (turâb).
Dan manusia mempunyai komposisi khusus dalam perpaduan antara unsur-unsur ini dalam persentase kadarnya. Tidak ada seorang pun yang memiliki kesamaan kadar unsur-unsur yang membentuk tubuhnya. Allah Swt telah mengatur itu semua dengan kekuasaan dan pengetahuan-Nya. Dia telah menetapkan komposisi unsur-unsur tanah ini sesuai kehendak-Nya. Inilah tahapan pertama bagi penciptaan manusia dari unsur tanah.
Selanjutnya, unsur-unsur yang akan membentuk manusia itu sesuai kadar yang telah ditentukan berubah dalam bentuk janin, ketika dua orang manusia yang berlainan jenis melakukan hubungan badan, dan terjadi pertemuan antara sperma laki-laki dengan sel telur perempuan yang kemudian berproses menjadi janin. Demikianlah Allah Swt menetapkan unsur-unsur tanah dan air mani, untuk menciptakan seorang manusia.
Untuk memudahkan penjelasannya, kami berikan gambaran berikut ini, seorang ilmuwan, ketika memiliki keinginan untuk membuat hasil karya tertentu, terlebih dahulu, ia menetapkan bahan-bahan tertentu sesuai yang ia butuhkan sebelum ia memulai pekerjaannya. Setelah bahan yang dibutuhkan tersedia sesuai kuantitas dan kualitas yang diperlukan, maka ia dengan mudah dapat menghasilkan karyanya. Demikianlah Allah Swt menentukan unsur-unsur yang digunakan-Nya untuk menciptakan manusia. Dan bagi-Nya Sifat Yang Maha Tinggi.
Sesungguhnya ayat-ayat Allah Swt yang terdapat dalam Al-Qur’an, mudah untuk dicerna oleh akal, karena logis dan sesuai dengan realita. Hanya orang-orang yang akal dan hatinya tertutupi ‘kedengkian’ yang tidak mendapatkan petunjuk-Nya.
Selanjutnya dalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa air yang darinya manusia diciptakan adalah air mani yang dalam bahasa Arabnya disebut “maa-un mahiin” atau “maa-un hayyin”, yang memiliki arti sebagai air yang mempunyai potensi kehidupan yang lemah. Dan sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa Allah Swt pun telah menciptakan manusia dari air mani (nuthfah). Nuthfah ini adalah air mani laki-laki atau sperma.
Untuk dapat memahami petunjuk ilmiah yang ada dalam firman Allah Swt: “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” kita sebaiknya memberikan penjelasan tentang kelompok binatang bersperma atau spermatozoon.
Spermatozoon, sebagaimana tampak dalam gambar, terdiri dari bagian kepala, bagian tengah dan bagian ekor. Dengan menggunakan ekornya ini, binatang ini hidup dalam saluran air mani yang memberinya makanan. Dan dikarenakan binatang ini merupakan makhluk hidup, maka tentunya ia juga berasal dari air, sesuai firman-Nya: “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”.
Namun kekuatan yang dimiliki binatang ini sangat lemah, sehingga kebanyakan dari spermatozoon ini mati ketika terjadi pembuahan (fertilisasi). Akan tetapi, dengan kekuasaan Allah, seseorang ketika mengeluarkan air maninya, jumlah yang ia keluarkan, bisa mencapai 300 sampai 500 juta spermatozoon. Hal itu sebagai tanda ke Maha Tahuan Allah, karena dari jutaan spermatozoon ini akan mati, saat terjadi pembuahan antara sperma laki-laki dan sel telur perempuan.
Meskipun binatang ini lemah, namun binatang inilah yang menjadi penentu jenis kelamin dari janin yang dikandung, apakah laki-laki atau perempuan. Pengetahuan ilmiah ini, secara menakjubkan dijelaskan Al-Qur’an dalam kata-kata yang singkat namun padat, ketika Allah Swt berfirman: “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?”
Terlebih lagi, jika kita memerhatikan cara pengungkapan di atas, di mana Al-Qur’an menyampaikannya dalam bentuk pertanyaan. Seolah-olah Allah berkata kepada semua manusia—baik yang beriman kepada-Nya maupun yang tidak beriman dan mengingkari kekuasan-Nya: “Adakan penelitian oleh kalian berdasarkan ilmu genetika yang telah kalian dapatkan! Lalu periksalah kondisi spermatozoon ini. Kemudian bandingkan antara penemuan ilmiah yang kalian dapatkan dengan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an!”
Jika kalian mendapatkan kebenaran dalam Al-Qur’an, maka berimanlah! Dan jika tidak, maka kalian bebas berbuat apa saja! Demikianlah cara pengungkapan Al-Qur’an. Dan pada realistasnya, tidak mungkin akan terjadi perbedaan antara ilmu pengetahuan dan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an sebagai Kitab Suci yang diturunkan Allah, tidak mungkin di dalamnya terdapat kebohongan dan kebatilan. Karena yang menurunkannya adalah Allah, yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini. Bagaimana realitas kehidupan dan penciptaan akan bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh penciptanya.
Selanjutnya, kita akan mencoba menjelaskan tentang petunjuk ilmiah lainnya, yang terdapat dalam firman Allah Swt: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging, yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu, dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (QS Al-Hajj: 5)
Pada bagian terdahulu, telah dijelaskan tentang tahapan penciptaan manusia dari air mani, di mana sebelumnya kadar unsur-unsur tanah bagi penciptaan seorang manusia, telah ditentukan oleh Allah. Dalam pembahasan berikut ini, kami akan menjelaskan kelanjutan dari tahapan tersebut, di mana Allah telah menentukan peta gen tertentu yang mengandung semua sifat keturunan bagi seorang manusia yang akan diciptakan-Nya. Dalam peta gen ini, Allah menentukan lokasi dan fungsi dari setiap gen yang dibawa oleh kromoson-kromoson yang terjalin dalam sebuah jaringan.
Janin pada pertama kalinya terbentuk dari sel yang dinamakan zygote yang dihasilkan dari pembuahan antara sperma dan sel telur. Kandungan sifat keturunan yang dimiliki oleh masing-masing orang tua, yang dibawa melalui kromoson inilah yang mengarahkan pembentukan janin dan perkembangannya. Peta kromoson ini, seperti buku panduan yang tidak mungkin ditiru dan disalin seperti aslinya, meskipun dengan menggunakan ilmu dan teknologi tinggi. (Perhatikan! Peta kromoson mengatakan dengan pasti akan kesaksiannya bahwa “Tiada Tuhan selain Allah”).
Namun sebelum proses pembentukan janin dan perkembangannya, terjadi proses penentuan jenis kelaminnya dikarenakan adanya perbedaan perkembangan antara janin laki-laki dan perempuan dan perbedaan anggota tubuhnya. Yang berfungsi untuk menentukan jenis kelamin ini, adalah nuthfah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an secara ringkas dalam firman Allah: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani (nuthfah).” (QS Al-Hijr: 26)
Setelah penentuan jenis kelamin janin dan proses pemindahan kandungan sifat keturunan orang tua yang dibawa oleh kromoson, selanjutnya adalah periode berikutnya yaitu periode alaqah atau segumpal darah.
Al-alaqah dalam bahasa Arab berarti darah yang membeku. Dan hal ini terbukti setelah dilakukan pengambilan gambar atas janin pada periode ini dalam bentuk darah yang membeku, di mana anggota tubuh belum terbentuk. Setelah dilakukan pengambilan gambar pada periode selanjutnya, didapatkan bahwa janin telah berubah dalam bentuk segumpal daging (mudh-ghoh) yang menampakkan bentuk tubuh yang sempurna dan yang belum sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: “kemudian dari segumpal daging, yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna”.
Daging ini kemudian menempel di dinding rahim sampai waktu yang ditentukan-Nya, yaitu waktu kelahiran. Rahim bagi janin adalah seperti tempat tinggal dimana ia menetap di dalamnya selama beberapa waktu tertentu sampai saatnya ia keluar ke alam dunia.
Dari penjelasan di atas, apa yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern dengan bantuan teknologi canggih, telah dijelaskan oleh Al-Qur’an 14 abad yang lalu. Apakah musuh-musuh Islam, setelah ini, masih dapat mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah buatan Muhammad Saw?
Sama sekali tidak! Karena sesungguhnya, Al-Qur’an ini adalah kalam Allah yang telah berfirman: “Dan Kami turunkan (Al-Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran.” (QS Al-Israa: 17)
Coba kita perhatikan firman Allah Swt berikut ini yang terdapat dalam surah Ath-Thariq: “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).”
Dalam ayat di atas, Allah Swt menyuruh manusia untuk berpikir dan meneliti, bagaimana ia diciptakan? Dan dari apa dia diciptakan? Jawabannya: Dari air! Sebagaimana kita jelaskan sebelumnya. Namun dalam kalimat berikutnya, Allah menyebutkan sifat dari air itu dengan kata ‘daafiq’. Artinya air yang bergerak dan hidup. Dan hal inilah yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Berdasarkan sains, spermatozoon bergerak dengan menggunakan ekornya dalam salurah air mani sehingga bertemu dengan sel telur dan terjadi pembuahan di antara keduanya. (jamal, 2009)
Dalam banyak ayat Al Quran, Allah mengajak kita memperhati-kan penciptaan manusia dan mengajak manusia merenungkan penciptaan ini,“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah men-ciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al Infithaar, 82: 6-8) !
Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang terhebat dan ter-canggih. Sistem tubuhnya paling menakjubkan di alam, dibentuk Allah dengan proporsi yang pas.
Tubuh manusia terdiri atas sejumlah daging dan tulang yang ber-bobot kurang lebih 60-70 kg. Sebagaimana diketahui, daging adalah salah satu material paling rentan di alam. Jika dibiarkan di tempat terbuka, daging akan membusuk dalam beberapa jam, dan setelah beberapa hari dikerubungi tempayak dan mulai berbau busuk tak tertahankan. Zat yang sangat lemah ini membentuk bagian terbesar tubuh manusia. Akan tetapi, ia terpelihara tanpa rusak atau membusuk selama kurang lebih 70-80 tahun, dengan adanya peredaran darah yang memberinya makanan dan kulit yang melindunginya dari bakteri luar.
Selain itu, tubuh manusia memiliki kemampuan yang sangat menge-sankan. Misalnya, pancaindra. Setiap organ pengindra adalah keajaiban. Manusia mengetahui dunia luar melalui alat-alat pengindra ini, dan menjalani hidup dengan damai berkat semua indra ini. Detail yang kita temui pada indra penglihat, pencium, peraba, pendengar, dan pengecap, serta desainnya yang tanpa cacat, memberi bukti keberadaan Sang Pencipta.
Struktur tubuh manusia yang menakjubkan tidak hanya ada pada pancaindra. Setiap organ yang memudahkan hidup kita adalah keajaiban tersendiri. Semuanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kita. Bayangkan betapa sukarnya hidup ini jika kita diciptakan tanpa tangan. Apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki kaki, atau jika tubuh kita tidak ditutupi oleh kulit, tetapi oleh duri, sisik, atau lapisan keras?
Begitu pula, keberadaan sistem-sistem kompleks dalam tubuh manusia, seperti mekanisme pernapasan, metabolisme, reproduksi, kekebalan tubuh, dan estetika tubuh manusia, masing-masing adalah keajaiban tersendiri.
Sebagaimana terlihat, dalam tubuh manusia terdapat banyak keseimbangan rumit. Hubungan yang sempurna di antara semua sistem tubuh yang saling tergantung itu memungkinkan manusia menjalankan fungsi-fungsi vitalnya tanpa masalah.
Di samping itu, manusia melakukan semua ini tanpa perlu berusaha ekstra ataupun mengalami kesulitan. Biasanya manusia bahkan tidak menyadari apa yang terjadi dalam tubuhnya. Ia tidak menyadari banyak hal: kapan pencernaan makanan berawal atau berakhir dalam lambung-nya, irama jantungnya, darah yang mengedarkan bahan-bahan yang tepat dibutuhkan ke tempat-tempat yang tepat, penglihatan dan pendengaran-nya.
Sebuah sistem tanpa cacat telah ditempatkan dalam tubuh manusia dan bekerja dengan sempurna. Inilah sistem ciptaan Allah, Pengatur semua urusan di langit dan di bumi. Allah menciptakan segala sesuatu, setiap detail dan setiap makhluk hidup di alam semesta. Desain yang kita temui saat meneliti tubuh manusia adalah bukti keunikan dan ketiadaan cacat pada seni kreasi Allah. Allah mengajak kita memperhatikan kesem-purnaan jagat raya ini dalam surat Al Mulk:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk, 67: 3-4) !
Inilah sekelumit dari berjuta keseimbangan rumit di dalam tubuh manusia:
Pancaindra tersusun benar-benar sesuai dengan kebutuhan manusia. Misalnya, telinga hanya dapat menangkap getaran suara pada batas tertentu. Sekilas, mungkin kisaran pendengaran yang lebih lebar tam-paknya menguntungkan, tetapi batas indriawi ini – disebut “ambang batas pendengaran”diatur dengan tujuan tertentu. Jika telinga kita terlalu sensitif, setiap saat kita harus mendengar berbagai suara, mulai dari detak jantung kita hingga gemerisik tungau kecil di lantai. Hidup seperti ini akan sangat mengganggu.
Keseimbangan serupa berlaku pula bagi indra peraba. Sel saraf pera-ba yang sangat sensitif dan berada di bawah kulit manusia dijadikan sen-sitif dengan cara yang sebaik-baiknya dan tersebar di seluruh permukaan tubuh. Saraf tersebut terhimpun terutama di ujung jari, bibir, dan organ seksual. Sebaliknya, daerah yang “kurang penting”, misalnya punggung, memiliki lebih sedikit sel saraf. Ini memberi keuntungan besar bagi ma-nusia. Bayangkan jika terjadi sebaliknya: jika ujung jari kita sangat tidak sensitif, dan kebanyakan sel saraf berkumpul di punggung. Tidak diragu-kan lagi, ini akan sangat menjengkelkan; sementara kita tidak mampu menggunakan tangan secara efektif, punggung kita justru merasakan hal-hal terkecil, lipatan baju misalnya.
Perkembangan organ adalah contoh “keseimbangan yang rumit” ini. Misalnya, rambut dan bulu mata. Meskipun keduanya sebenarnya sama saja “rambut”, kecepatan tumbuhnya tidak sama. Anggaplah bulu mata tumbuh sama cepatnya dengan rambut di kepala, maka bulu mata akan mengganggu penglihatan dan menusuk mata, membahayakan salah satu organ terpenting. Panjang bulu mata kita tertentu dan tetap. Jika bulu mata ini memendek, misalnya karena terbakar atau kecelakaan, bulu mata akan memanjang sampai mencapai panjang “ideal” lalu berhenti.
Bentuk bulu mata pun sangat penting. Karena bentuknya sedikit me-lengkung ke atas, bulu mata tidak menghalangi pandangan dan membuat mata terlihat indah. Ketika tumbuh, bulu mata ini ditutupi minyak khu-sus yang dihasilkan kelenjar tertentu di tepi kelopak mata. Karena itulah, bulu mata kita tidak terasa kasar dan lurus seperti sikat. “Penyesuaian halus” seperti ini terdapat di seluruh bagian tubuh manusia.
Luar biasanya, sebagaimana pada remaja, penciptaan yang tepat ini juga tampak pada bayi yang baru lahir. Contohnya, tulang tengkorak bayi yang baru lahir sangat lunak, dan pada batas tertentu dapat bergerak di atas yang lain. Keluwesan ini memudahkan keluarnya kepala bayi dari rahim tanpa bahaya. Jika tidak luwes, tulang tengkorak ini bisa saja retak selama kelahiran, menyebabkan kerusakan parah pada otak bayi.
Dengan kesempurnaan serupa, semua organ dalam manusia berkem-bang secara harmonis selama proses perkembangan. Misalnya, pada perkembangan kepala, tengkorak yang menyelubungi otak tumbuh ber-sesuaian dengan otak. Andaikan tengkorak tumbuh lebih lambat dari-pada otak, ia akan menekan otak dan segera menyebabkan kematian.
Keseimbangan yang sama juga terjadi pada organ lain seperti jan-tung, paru-paru dan tenggorokan, mata dan kantung mata.
Karena itu, mari kita teliti struktur tubuh kita yang luar biasa, untuk melihat seni dan keagungan penciptaan. Setiap bagian tubuh, yang struk-turnya lebih sempurna daripada pabrik mutakhir yang dilengkapi tekno-logi tercanggih, menunjukkan adanya penciptaan oleh Allah, yang kekua-saan-Nya tak tertandingi.
Jika secara singkat kita meneliti sistem dan organ pada tubuh manu-sia, kita akan menyaksikan dengan jelas bukti penciptaan yang seimbang dan tanpa cacat. (achmadi, 2013)
Fitrah adalah bahasa arab, yang arti asalnya adalah “menciptakan”. Dalam kamus Lisanul Arab, Ibnu Mandzhur menulis salah satu makna ‘fitrah’ dengan arti (Al-Ibtida wal ikhtiro / memulai dan mencipta). Sehingga dapat ditarik pengertian bahwa FITRAH adalah penciptaan awal atau asal kejadian. FITRAH adalah kondisi “default factory setting”, suatu kondisi awal sesuai desain pabrik.
Karena fitrahnya manusia adalah mengabdi (ibadah) kepada Allah SWT, maka manusia dengan struktur jasmani dan rohaninya pasti bisa dipakai untuk mengabdi (ibadah) kepada Allah. Rohani dan jasmani manusia pasti cocok dan pas dipakai untuk  beribadah. Sebaliknya jika dipakai maksiat (membangkang) kepada Allah pasti tidak nyaman, dan dipastikan pasti bakal cepat rusak dan celaka. Sungguh kecelakaan manusia adalah karena penyimpangan dari “FITRAHNYA”.
a)Fitrah yang telah diberikan oleh Allah SWT adalah sebagai berikut: Kepandaian/kepintaran.
b)Kesempurnaan (QS 15:29)“Maka apabila AKU telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya RUH (ciptaan) KU…”
c)Kemuliaan
d)Kesucian
e)Kesucian
Hal tersebut merupakan modal utama manusia hidup pada 5 alam. Yaitu:
a.Alam Amr (Alam Ruh) Karena Alloh SWT telah memberikan Fitrah kepada mereka yg masih berbentuk Ruh, maka dengan serentak mereka bersaksi : …Betul (Engkau Tuhan Kami). Kami bersaksi… (QS 7:172).
b.Alam Rahim (Alam Kandungan) (QS An Nahl 16:78) “Dan Alloh mengeluarkan kamu dari      perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Alloh memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
c.Alam Dunia
d.Alam Barzah (Alam Kubur)
e.Alam Ma’syar (Alam Akhirat/Penilaian)
What is a man? Demikian suatu pertanyaan yang dikemukakan oleh Jujun S. Suryasumantri ketika mulai membahas bidang telaah filsafat. (suryasumantri, 1996, hal. 27). Pertanyaan ini mengandung indikasi bahwa pada tahap permulaan, filsafat senantiasa mempersoalkan “siapakah manusia itu”.? Jika pada tahap awal Filsafat mempersoalkan masalah manusia, demikian pula halnya dengan pendidikan Islam. Ia tidak akan memiliki paradigma yang sempurna tanpa menentukan sikap konseptual filosofisnya tentang hakikat manusia. Sebab bagaimanapun manusia adalah merupakan bagian dari alam raya ini. Perlunya menentukan sikap dan tanggapan tentang manusia dalam Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya, didasarkan atas asumsi bahwa manusia adalah subjek sekaligus objek pendidikan Islam.
Untuk menjawab permasalahan di atas, terlebih dahulu harus dikemkakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar filosofis bagi pandangan pendidikan Islam. Dalam hal ini Al-Syaibany menyebutkan beberapa prinsip, antara lain yakni:
·Manusia adalah makhluk yang paling mulia di alam ini. Allah telah membekalinya dengan berbagai keistimewaan yang menyebabkan ia mengungguli makhluk lain.(QS. Al isra’(17) : 70) dan (QS. At tin (95) : 4 )
·Kemuliaan manusia atas makhluk lain adalah karena manusia diangkat menjadi khalifah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan.(QS. Al Baqarah (2) : 30 ) dan ( QS. An Nur (24) : 55 )
·Manusia adalah makhkuk berfikir dengan menggunakan bahasa sebagai media. Hal ini sering diungkapkan bahwa: manusia adalah hewan yang dapat berbicara.
·Manusia adalah makhluk tiga dimensi, ibarat segi tiga sama kaki, yaitu: jasad, akal, dan rûh.
Dengan berpegang kepada beberapa prinsip seperti di atas, kiranya Filsafat Pendidikan Islam akan mudah untuk menentukan konsep tentang hakikat manusia dari berbagai aspeknya, seperti proses penciptaannya, tujuan hidupnya, kedudukannya, tugas-tugasnya, dan lain sebagainya.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang memiliki sejumlahkeistimewaan bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Secara umum,keistimewaan tersebut, yaitu :
a.Bentuk fisik yang terbaik
b.Fakultas psikhis
c.Fitrah
Dalam konteks yang lebih luas , Alquran mengemukakan sejumlah potensiyang dianugerahkan Allah kepada manusia, antara lain :
a.Potensi naluriah
b.Potensi inderawi
c.Potensi menalar
d.Potensi beragama
Allah menciptakan manusia, tentunya memiliki tujuan, dimana tujuannyayaitu untuk mengenal Tuhannya. Sedangkan fungsi penciptaan manusia adalahsebagai makhluk ibadah yang diperintahkan untuk mengabdi atau menghambakan dirisecara kontinu dengan tulus dan ikhlas hanya kepada Allah semata. Selanjutnya,dalam konteks tugas dari penciptaan manusia dalam perspektif filsafat pendidikanislam, manusia adalah khalifah Allah yang diberi tugas sebagai pemimpin sertamemakmurkan kehidupan dibumi. Alquran menjelaskan bahwa bumi beserta isinya yang diciptakan oleh Allah adalah untuk kepentingan manusia, oleh karena itumerupakan tanggung jawab moral manusia untuk mengolah dan memanfaatkanseluruh sumber yang tersedia di alam untuk memenuhi keperluan hidupnya. Namunsemua itu harus didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Untuk dapatmengelola bumi beserta isinya manusia telah memilki potensi yang diberikan Allahkepadanya, potensi inilah yang membuat manusia layak menjadi khalifah.
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis yang tidak percaya tentang penciptaan.
Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang. Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini.
Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti –bukti yang ditemukan membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan yang padu.
Selanjutnya  Allah swt katakan menciptakan langit dari asap, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.
Terdapat perbedaan pandangan dikalangan umat muslim, tentang asal mula penciptaan alam semesta. Ada yang menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakandari tiada menjadi ada, sementara pendapat lain mengemukakan bahwa alam semestadiciptakan dari materi atau sesuatu yang sudah ada.Pendapat yang pertama, selalu didasarkan pada kata khalaqa, yang digunakandalam penciptaan alam semesta. Mereka berpendapat bahwa penggunaan katakhalaqa memiliki arti penciptaan sesuatu dari bahan yang belum ada menjadi ada.Sementara itu, Pendapat kedua didasarkan pada informasi Alquran yangmengindikasikan bahwa alam semesta ini diciptakan dari materi yang sudah ada.Informasi seperti ini diantaranya ditemukan dalam dua surah, yaitu QS Fushilat (41 :11) yang menyatakan bahwa Allah swt menuju langit, sedangkan langit ketika itumasih berupa dukhan ( asap ). Surat yang kedua, QS Al-Anbiyya ( 21 : 30 ), yangmenginformasikan bahwa langit dan bumi itu, dahulunya adalah sesuatu yang padu,lalu Allah memisahkan keduanya.Pandangan kedua ini memiliki kesamaan degan penelitian yang di lakukan para pakar astronomi dan astro fisika yang menyimpulkan bahwa keseluruhan alamsemesta ini pada awalnya satu masa yang besar.kemudian terjadi pemisahan,sehingga terbentuk galaksi. Galaksi tersebut kemudian terbagi-bagi dalam bentuk  bintang-bintang, planet-planet, matahari,bulan dan lain-lain. (gary, 2008, hal. 55)
Dalam konteks proses penciptaan alam semesta, Al-farabi berpendapat bahwaalam semesta ini trejadi karena limpahan dari yang Esa. Wujud Tuhanlah yangmelimpahkan wujud alam semesta. Terlepas dari perbedaan pandangan diatas,Alquran menginformasikan bahwa alam semesta ini diciptakan tuhan tidak secarasekaligus, tetapi melalui serangkaian tahapan, masa, atau proses. Dalam sejumlahsurah Alquran selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang biasa diterjemakandalam arti enam hari, enam masa, atau mungkin enam priode. Selain itu, dalamAlquran ditemukan pula ayat yang menyatakan bahwa Allah menciptakan bumidalam dua hari atau dua masa, dan menentukan kadar makanan penghuninya (rezeki)dalam empat hari, dan menjadikan tujuh langit dalam dua hari. QS. Fushilat (41) : 9-10 dan 11-12
Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-Nya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan sayang dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.
Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bisa melahirkan daya berfikir dan daya nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul, dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu, akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.
Setelah pembahasan menyangkut dengan hakikat manusia dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam, satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembahasan mengenai hakikat dan kedudukan alam dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam.
Menurut Al-Jurjani, sebagaimana dikutip Toto Suharto menyatakan bahwa term alam adalah segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminolgi berarti segala sesuatu yang ada (maujud) selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali baik nama maupun sifat-sifat-Nya. (Asy syarqaw, 1985, hal. 222)Segala sesuatu selain Allah itulah alam dalam pengertian yang sederhana.
Dari pengertian tersebut, secara sepintas dapat dipahamai bahwa alam dengan segala isinya diciptakan oleh Allah agar melalui semua itu dapat mengenal-Nya. Di samping itu, alam dengan segala potensi yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia secara bersama.
Dalam kaitannya dengan alam, menurut Al-Syaibany terdapat beberapa prinsip Filsafat Pendidikan Islam tentang alam, antara lain yakni:
a. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan alam sekitarnya tempat mereka hidup. Seluruh makhluk, baik benda ataupun alam sekitar, dipandang sebagai bagian alam semesta. Oleh karena itu, proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya, bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial (sesama manusia) semata, tapi juga dalam lingkungan alam yang bersifat material.
b. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau universe, baik yang materi maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri-sendiri. Hal ini harus diteliti dan dipelajari dalam pendidikan Islam agar peserta didik mampu mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini sehinga memiliki keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan.
c. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua kategori (alam materi dan alam ruh), harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu pendidikan Islam harus memperhatikan kedua hal ini secara seimbang, karena kehidupan manusia yang sempurna tidak akan terwujud hanya dengan memperhatikan salah satunya.
d. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur ini, harus dipahami sebagai keajaiban dan keagungan Sang Pencipta. Olehnya itu, dari sikap ini diharapkan akan menambah iman atau keyakinan bahwa manusia tidak berdaya dihadapan Allah yang telah membuat dan mengatur alam ini sedemikian harmonis dan teraturnya.
e. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta ini bukanlah musuh bagi manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan peradaban manusia, melainkan alam merupakan teman dan alat bagi kemajuan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus senantiasa diarahkan agar dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana mengelola alam dan memanfaatkannya secara bijaksana demi kepentingan umat manusia.
f. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dan seisinya ini bersifat baru (tidak kekal). Prinsip ini dapat dijadikan sebagai pegangan pendidikan Islam bahwa hanya Allahlah yang bersifat kekal dan abadi.
Prinsip dasar hubungan manusia dengan alam atau makhluk lain di sekitarnya pada dasarnya adadua: pertama, kewajiban menggali dan mengelola alam dengan segala kekayaannya; dan kedua,manusia sebagai pengelola alam tidak diperkenankan merusak lingkungan, karena pada kahirnyahal itu akan merusak kehidupan umat manusia itu sendiri.Mengenai prinsip yang pertama, Allah berfirman dalam Al-Quran surat Hud ayat 61:
Artinya: “Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kalian
memakmurka
nnya (mengurusnya)”.
Adapun mengenai prinsip yang kedua, yaitu agar manusia jangan merusak alam, dinyatakan olehAllah melalui berbagai ayat dalam Al-Quran, di antaranya dalam surat Al-
A’raf ayat 56:
Artinya: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya”.
Dengan demikian, dapat dipahami dengan jelas bahwa kesadaran melestarikan lingkungan,sebagaimana yang dikampanyekan oleh orang-orang sekarang ini, dasar-dasarnya telahdigariskan oleh Islam sejak lima belas abad yang lalu. Hanya saja, karena keterbelakangan,kemiskinan, dan kebodohannya sendiri, umat Islam seringkali kurang memahami arti dari ayat-ayat dari Al-Quran. Oleh karena itu, salah satu tugas utama Islam adalah menghapusketerbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan dari kehidupan umat.Apa yang dikemukakan diatas merupakan prinsip dasar hubungan manusia dengan alam sekitar,yaitu prinsip pemanfaatan dan sekaligus pelestarian lingkungan alam. Agama memberi motivasikepada manusia untuk mewujudkan kedua hubungan itu dengan sebaik-baiknya

A.Kesimpulan

Prinsip dasar hubungan manusia dengan alam atau makhluk lain di sekitarnya pada dasarnya adadua: pertama, kewajiban menggali dan mengelola alam dengan segala kekayaannya; dan kedua,manusia sebagai pengelola alam tidak diperkenankan merusak lingkungan, karena pada kahirnyahal itu akan merusak kehidupan umat manusia itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar