Kamis, 28 November 2019

Etika Profesi- Materi IV-VII

        ETIKA KEILMUAN
      Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis, etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku, menyelidiki dasar norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap lembaga seperti orang tua, negara, dan agama untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati. Hak dan wewenang untuk menuntut ketaatan dari lembaga tersebut harus dibuktikan. Dengan demikian, etika menuntut orang bersikap rasional terhadap semua orang. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi lebih otonom. Otonomi ilmuwan tidak terletak pada kebebasan dari norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakininya sebagai kewajibanya[9].
      Dengan demikian, etika dibutuhkan sebagai pengantar dari pemikiran kritis, yang dapat membedakan apa yang sah dan tidak sah, membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar. Sehingga, etika memberi kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
      Dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu pengetahuan yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan secara lebih cepat dan sebagai sebuah kenyataan bahwa peradaban masyarakat sangat bergantung kepada kemajuan ilmu. Setiap ilmu yang diterapkan dimasyarakat, setiap proses ilmu yang dijadikan sebuah teknologi yang benar-benar akan diterapkan dimasyarakat sangat berkaitan dengan sikap ilmuwan itu terhadap ilmu. Untuk itu tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah dijaga dengan baik, dalah hal tanggung jawab akademis ataupun moral.
      Sebenarnya ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau buruk dan pemilik pengetahuan itulah yang harus mempunyai sikap dan etika, jalan mana yang akan ditempuh dalam memanfaatkan kekuasaan yang besar itu terletak pada sistem nilai pemilik pengetahun.
      Menurut Amsal Bachtiar tanggung jawab keilmuan menyangkut kegiatan maupun pengunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.[10] Ini berarti ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga ekosistem, bertanggung jawab, pada kepentingan umum, dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan dan meperkokoh ekosistem manusia bukan untuk menghancurkan ekosistem tersebut.
2.4  PROBLEM ETIKA ILMU
Ilmu pengetahuan sangat bermanfaat sekali bagi pengembangan masyarakat jika dilandasi dengan kaidah-kaidah etika yang telah berlaku dan pengaplikasianya disadari sebagai kewajiban dari seorang ilmuwan.
Namun ilmu pengetahuan juga mengalami beberapa masalah dan hambatan dalam penerapan etika keilmuan antara lain:
a)      Ilmu pengetahuan selalu tunduk pada otoritik pada tujuan ilmuwanya, dalam masyarkat modern kadang kriteria kebenaran pengetahuan dipengerahui oleh politik umum kebenaran seperti kebenaran difokuskan pada wacana institusi-institusi yang mengeluarkan, kebenaran tunduk tuntutan pihak yang berperan di politik dan ekonomi, kebenaran dihasilkan dan disebarluasakan dibawah kontrol aparat politik yang eksklusif, dll
b)      Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, konsep pengetahuan kemanusiaan  bersifat pribadi dan bertanggung jawab dengan penjelajahan pada batas ambang ketidakpastian, serta pengembangan ilmu pengetahuan sering digunakan untuk memperluas kekuasaan tanpa menhiraukan nilai kemanusiaan misalnya bom atom pada perang dunia ke 2
c)      Dilema manusia, dilema manusia memiliki dua dimensi yaitu pertama bahwa tujuan menghalalkan segala cara yang adalah suatu filsafat tekan tombol dan menjadikan kita tuli untuk penderitaan manusia sehingga menjadi monster perang, kedua dogma bangsa yang menjadikan kita buta .[11]
Dari uraian diatas ternyata bahwa setiap penilaian ilmu dan etika selalu berada pada perbatasan kesalahan dan bersifat pribadi. Ilmu adalah bentuk pengetahuan yang sangat human
                 Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu di cegah perkembangannya, karena sudah jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih nyaman, lebih lama dalam menikmati hidupnya. Apalagi kalau melihat kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam kondisi sosio-tekhnik yang semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan berbentuk tekhnologi, pada masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan manusia, tetapi sudah sampai ketaraf memenuhi keinginan manusia. Sehingga seolah-olah sekarang ini tekhnologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya

PENALARAN DAN LOGIKA
Penalaran
Kemampuan menalarlah yang membedakan manusia dari binatang. Kemampuan menalar ini lah kekuatan manusia yang menyebabkan mansuia mampu mengembangkan pengetahuan. Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi hanya terbatas untuk bertahan hidup (survival). Manusia mampu mengembangkan kemampuannya karena dua hal, yaitu yang pertama manusia mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan informasi atau pendapat. Hal yangke 2 manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut kerangka berpikir tertentu. 
Penalaran pada hakikatnya adalah proses berpikir dalam rangka menarik kesimpulan atau menemukan kebenaran.
Ciri-ciri penalaran sebagai kegiatan berpikir
  •  logis , kegiatan berpikir dengan pola tertentu
  •  analitik,
perasaan meruapakan kegiatan peanarikan kesimpulan yang tidak didasarkan penalaran. Instuisi adalah kegiatan berpikir non analatik yang tidak berdasarkan pola tertentu.

Untuk melakukan kegiatan penalaran analisis , maka kegiatan tersebut awalnya harus diisi dulu oleh sebuah materi pengetahuan yang benar. Pengetahuan yagn digunakan dalam penalaran biasanya berdasarkan rasio ataupun fakta.
Rasionalisme adalah aliran yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran. Rasionalisme memakai cara penalaran deduktif. 
Empirisme adalah paham yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia adalah sumber kebenaran. Cara penalaran yang digunakan oleh paham empirisme adalah penalaran induktif.

Penalaran ilmiah diapaki untuk meningkatkan mutu ilmu dan teknologi. Penalaran ilmiah menggunakan gabungan dari penalaran induktif dan deduktif.

Logika
Penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Supaya pengetahuan yang didapat benar maka penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola tertentu. Cara penarikan kesimpulan disebut logika. Ada dua cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.

Induksi merupakan cara berpikir dengan melakukan penarikan kesimpulan yang bersifat umum/general berdasarkan kasus-kasus individu/spesifik. Kentungan kesimpulan yang bersifat umum ini yang pertama adalah ekonomis. Dan yang ke 2 bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan proses penalaran berikutnya baik induktif maupun deduktif. Dengan demikian memungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis

Deduksi merupakan cara berpikir untuk melakukan penarikan kesimpulan dari peryataan umum menjadi pernyataan khusus. Penalaran deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Dari premis mayor dan premis minor kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Contoh
Semua mahluk memiliki mata - premis mayor
Si A adalah makhluk - premis minor
Jadi Si A memiliki mata - kesimpulan

Ketepatan penarikan kesimpulan bergantung pada kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan cara/keabsahan penarikan kesimpulan.

Baik logika deduktif maupun induktif menggunakan pengetahuan sebagai premis-premisnya berupa pengatahuan yang dianggapnya benar. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif untuk menyusun pengetahuannya. Premis yang digunakannya berasal dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.
Dari sini kemudia muncul paham idealisme. Yaitu paham yang mengakui bahwa sudah ada prinsip yang ada jauh sebelum manusia memikirkannya. Prinsip yang sudah ada ini dapat diketahui manusia memlalui kemampuan berpikir rasionalnya.
Para pemikir rasional ini cenderung subjekti, jika tidak ada konsensus yang disepakati. Karena ide/prinsip bagi si A belum tentu sama dengan si B.

Berlawanan dengan kaum rasionalis, kaum empiris mendapatkan pengetahuan melaui pengalaman yang bersifat konkret yang diperoleh lewat tangkapan pancaindera manusia. Gejala-gejal yang diamati kemudian ditelaah lebih lanjut dan mendapatkan pola tertentu setelah mendapat karakteristik persamaan dan pengulanngan .dari pengamatan. Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap panca indera.

Teori kebenaran
Apa syarat agar penarikan kesimpulan menghasilkan kesimpulan yang benar.? Peryataan dan penarikan kesimpulan harus konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar. Teori ini juga dikenal dengan teori koherensi yaitu bahwa pernyataan dianggap benar jika koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.
Matematika adalah bentuk pengetahuan yang berdasarkan teori koherensi. Cara berpikir dedukif menganu teori koherensi.

Teori lainnya adalah teori korespondensi. Teori yang menyatakan suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan itu berkorespondensi atau berhubungan dengan objek yang dituju pernyataan itu. Objek di sini bersifat faktual. Jadi pernyataan benar jika berdasar fakta yang benar. Misalnya pernyataan ibu kota jawa barat adalah bandung adalah benar maka karena benar juga secara fakta.

Teori pragmatis memandang bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria bahwa pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Jadi pernyataan itu benar jika pernyataan itu konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kriteria kebenaran pragmatis ini bisa digunakan oleh para ilmuwan dilihat dalam perseptif waktu. Semakin berjalan waktu jika kegunaannya sudah tidak ada maka pengetahuan itu akan ditinggalkan orang. Untuk bidan g ertentu pengetahuan ilmiah memah tidak berumur panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar